Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RUNING TEXT

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMPIT DAN SMAIT DAARUL 'ILMI TAHUN PELAJARAN 2021/2022 TELAH DIBUKA, SILAHKAN KLIK MENU PPDB UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT.

Paradigma Pendidikan Multikultural



Sudah menjadi pengetahuan umum bagi kita bahwasanya Indonesia adalah negeri yang sangat beragam kebudayaannya. Istilah multikultural layak disematkan pada negeri ini. Multi artinya banyak, kultural artinya budaya.

Dengan demikian maka setiap individu yang hidup di negeri ini harus menerima kenyataan tersebut dalam arti bahwa individu tersebut harus mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari keanekaragaman budaya tersebut.

Di dalam dunia pendidikan, kita mengenal istilah pendidikan multikultural. Apakah tema ‘multikultural’ tersebut dijadikan sebagai mata ajaran baru? Ternyata bukan. Sama halnya dengan pendidikan karakter yang perlu dikandung oleh setiap mata pelajaran. Pengajar dituntut untuk selalu menerapkan paradigma dan implementasi pendidikan multikultural tersebut.

Untuk memahami paradigma dan implementasi pendidikan multikultural, kita perlu mengenal prinsip-prinsip yang tercakup di dalamnya. Adapun prinsip-prinsip tersebut secara singkat akan dipaparkan di bawah ini.

Pertama, pemahaman utuh bahwa interaksi kita di dalam melakukan proses pembelajaran sejatinya tidak selamanya dilaksanakan dengan peserta berlatar monokultural. Suatu hal yang niscaya apabila di negeri ini akan berkumpul peserta belajar di dalam satu kelas yang berlatar belakang budaya beragam. Bagaimanapun juga caranya, budaya tetaplah beragam dan tidak akan pernah bisa disatukan. Masing-masing mempertahankan kebiasaannya.

Kedua, adanya penghargaan kepada masing-masing budaya diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Penghargaan memunculkan motivasi dan inilah yang akan memacu kualitas proses yang dimaksudkan.

Ketiga, kecerdasan memahami dan kesediaan menyesuaikan diri dalam mengadapi kondisi kelas dengan latar belakang budaya yang beragam. Setiap budaya memiliki kebiasaan spesifik dan mencirikan budayanya, ini akan berpengaruh pada gaya belajar peserta. Pemahaman secara cerdas tentang karakter budaya peserta belajar adalah hal yang paling utama diperhatikan dalam melakukan tindakan-tindakan kelas.

Keempat, pendidikan multikultural dapat diintegrasikan ke dalam masing-masing mata pelajaran atau mata kuliah. Jangan ada anggapan bahwa pendidikan multikultural adalah suatu cabang ilmu yag berdiri sendiri.

Bagaimana dengan Pengajaran dan Pembelajaran Sains?

Sebelum lebih lanjut saya menjelaskan tentang posisi pendidikan multikultural di dalam pengajaran dan pembelajaran sains, sebaiknya kita harus menyepakati definisi pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran adalah suatu aktivitas mengajar yang dilakukan oleh pengajar terhadap yang diajar. Fokus bahasan adalah dari subjek pengajar ke objek yang diajar.

Lain halnya dengan pembelajaran yang merupakan aktivitas membelajarkan yang belajar oleh pengajar. Fokus bahasan adalah objek yang diajar oleh subjek pengajar. Dengan demikian, interaksi yang terjadi pada proses pengajaran dan pembelajaran adalah interaksi dua arah. Proses pengajaran dan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain.

Berbicara tentang pengajaran dan pembelajaran sains artinya kita berbicara tentang salah satu proses yang terjadi di dalam pendidikan sains. Akan tetapi ketika kita secara subjektif memperbincangkan pengajar, maka seolah-olah kita harus memfokuskan bahasan kepada pengajaran. Nah, bagaimana paradigma pendidikan multikultural yang diberlakukan dalam pengajaran sains?

Hal ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang telah dipaparkan di atas. Proses pembelajaran dan pengajaran harus mematuhi prinsip tersebut. Pengajaran sains memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri dan ini yang harus dipahami terlebih dahulu oleh para pengajar. Selanjutnya, barulah ia diajak untuk memahami paradigma pendidikan multikultural.

Keanekaragaman budaya dan keunikan sains. Ini dianggap sebagai suatu yang istimewa bila kita melakukan proses integrasi di dalam kegiatan pengajarannya. Di dalam menentukan tujuan-tujuan pembelajaran, metode dan pendekatan, serta penilaian-penilaian, selayaknya prinsip-prinsip pendidikan multikultural harus benar-benar diterapkan oleh pengajar.

Sebagai contoh, pengajar yang kurang memahami prinsip pendidikan multikultural maka penilaian yang dilaksanakan akan kurang efektif ketika mengobservasi pola interaksi dan kerjasama di dalam kelompok tanpa memperhatikan kultur yang beragam. Setiap budaya akan menampilkan cirinya masing-masing, dan ini yang harus terlebih dahulu dipahami oleh pengajar sebelum menilai.

Selain aspek penilaian, penetapan aspek tujuan pembelajaran, metode dan pendekatan sangat tergantung pada pemahaman seorang pengajar terhadap latar belakang budaya peserta belajar.

Oleh: Guru SIT Daarul 'Ilmi Bandar Lampung

Posting Komentar untuk " Paradigma Pendidikan Multikultural"