Mengendalikan Lintasan Pikiran
Maha Suci Allah, Yang telah menanam keyakinan dan
keteguhan iman lalu melahirkan ketajaman pandangan orang-orang shalih. Selalu
saja, merenungi dan mengikuti tahap demi tahap nasihat mereka, memancarkan rasa
kagum dan takjub. Nasihat-nasihat mereka memiliki daya sentuh yang nikmat,
mencerahkan pikiran dan membuka hati.
Saudaraku,
Kali ini, mari kita telusuri bulir-bulir nasihat yang
dituangkan begitu indah oleh Imam Ibnul Qayyim Al Jauzi rahimahullah .Ia salah
satu dari para shalihin yang piawai mengupas dinamika jiwa manusia sebagaimana
tertera dalam kitab-kitab karyanya. Dalam kitab Ibnul Qayyim, AlJawabu Al Kaafi
Liman Sa-ala An Ad Dawa-i Syaafii (Jawaban tuntas bagi yang bertanya tentang
obat penyembuh), dituangkan banyak sekali pandangannya tentang jiwa. Salah
satunya, tentang asal usul perbuatan seseorang yang berpangkal pada khatirah
(lintasan pikiran).
Ya. Lintasan pikiran. Semua perilaku manusia, menurutnya,
selalu berasal dari hatirah yang pada akhirnya mengantarkan seseorang pada
tahapan amal atau praktik. Bicara tentang lintasan pikiran menjadi sangat
penting, karena dua hal yang juga menjadi landasan Ibnul Qayyim dalam
menguraikan masalah ini. Pertama, karena tak satu pun manusia yang bisa
terlepas dari lintasan pikiran. Ia muncul begitu saja, dan menjadi salah satu
fitrah manusia pemilik panca indra. Kita, tidak mungkin berada dalam situasi
tak memiliki lintasan pikiran.
Dan masalah ini menjadi lebih penting lagi, jika
ternyata, Allah swt Maha Mengetahui ‘pengkhianatan mata dan apa yang tersembunyi
di dalam hati”, “Maha Mengetahui yang rahasia dan tersembunyi.” Lintasan
pikiran itu tersembunyi, lebih tersembunyi ketimbang kerlingan mata. Lebih
tersembunyi dari sikap hasad, dengki, dan semacamnya. Ia ada dalam alam pikiran
dan berwujud lintasan-lintasan belaka. Dan, Allah Maha Mengetahui yang paling
tersembunyi itu.
Saudaraku,
Tapi sesungguhnya, lintasan pikiranlah yang akan
mengawali setiap perilaku dan perbuatan. Itu sebabnya, Ibnul Qayyim membagi
tiga kategori lintasan pikiran; khatirah ruhmaniyah, syaithaniyah dan
nafsaniyah.
Saudaraku perhatikanlah detail-detail keterangan kategori
ini,
Khatirah ruhmaniyah (ruhmaniyah berasal dari Rahman),
adalah seluruh lintasan pikiran yang berisi kebaikan dan hal-hal utama. Seperti
menuntut ilmu, amar ma ’ruf dan nahi mungkar, shadaqah dan lainnya. Kedua,
khatirah syaithaniyah, kebalikan yang pertama, lintasan pikiran syaitan yang
isinya selalu kekejian dan kemungkaran belaka. Sedangkan nafsaniyah, adalah
lintasan pikiran yang terjadi saat seseorang bermimpi.
Perhatikanlah ungkapan Ibnul Qayyim, “Lintasan-lintasan
itu memang kompleks karena dia berada dalam ruang kebaikan atau keburukan. Dari
lintasan pikiran (khatirah) itu lahir keinginan (iradah), lalu himmah
(kecenderungan), dan azimah (tekad). Orang yang sejak awal mampu mengendalikan
lintasan pikirannya, berarti ia mampu mengendalikan jiwa dan menundukkan hawa
nafsunya. Tapi orang yang dikendalikan oleh lintasan pikirannya, berarti jiwa
dan nafsunya yang lebih kuat. Siapapun yang menganggap enteng lintasan pikiran,
niscaya lintasan pikiran itu akan menyeretnya pada kehancuran...” (Al Jawa Al
Kafi, 198-199).
Dalam kitab yang lain, Ibnul Qayyim mengatakan,
“Buanglah lintasan pikiran syaithaniyah. Jika tidak
engkau buang, ia akan menjadi fikrah. Buanglah fikrah itu. Jika tidak engkau
buang, ia menjadi himmah. Buanglah himmah itu, jika tidak engkau buang ia akan
menjadi amal prilaku. Buanglah prilaku itu, jika engkau tidak melakukannya ia
akan menjadi kebiasaan.”
Saudaraku,
Seperti itulah muasal perilaku jahat yang bermula pada
lintasan pikiran. Bersyukurlah kepada Allah swt atas kekuatan bashirah yang diberikan
kepada Ibnul Qayyim. Karena Ibnul Qayyim bukan hanya menyampaikan penting dan
mendesaknya kita mengetahui tahapan-tahapan itu, tapi ia pun lalu mengajarkan
cara untuk menghempas pikiran negatif itu dalam tiga langkah.
“Pertama, kosongkan hati dari lintasan pikiran buruk
dengan tidak mendekati sesuatu yang dapat memancingnya. Kedua, jika hati telah
kosong dari keburukan itu, hati harus diisi.Isilah dan sibukkan dengan Allah
dan kecintaan pada-Nya.” Cara mengisi hati dan menyibukkan diri di sini ada lima
cara.
Pertama, pikirkan ayat-ayat Allah yang diturunkan dalam
Al Quran, pahami maksud tujuannya. Kedua, berpikirlah tentang ayat-ayatnya yang
terlihat dan ambillah pelajaran darinya dikaitkan dengan nama dan sifat-Nya.
Ketiga, berpikirlah tentang ketinggian, kebaikan, kemurahan-Nya kepada
makhluk-Nya meliputi seluruh nikmat, kasih sayang dan ampunan-Nya yang sangat
luas. Keempat, berpikirlah tentang kekurangan dan aib diri sendiri, juga
tentang kekurangan dalam beramal. Pemikiran ini akan meluluhkan nafsu yang
mengajak keburukan dan akan menghidupkan jiwa menjadi tenang. Kelima,
berpikirlah tentang kewajiban waktu terkait urusan dunia maupun agama.
Saudaraku,
Cara menghempas lintasan pikiran negatif ketiga, adalah
dengan menjaga lintasan hati dari yang haram dan yang keliru. Ini dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengetahui sumber-sumber yang dapat
memancing yang haram dan tempat-tempat yang sensitif menyeret pada yang
kesalahan. Kedua, membandingkan dan menimbang serta mengetahui akibat yang muncul
dari kekeliruan yang ada dalam lintasan pikiran.
Saudaraku,
Yang terakhir ini, adalah pekerjaan akal. Ibnul Qayyim
lalu ,mengajak kita membandingkan antara dua keadaan. Katanya, “Bandingkan
antara kelezatan mendekat kepada Allah dan kelezatan mendekat pada kekotoran.
Bandingkan antara kelezatan dosa dengan kelezatan hati yang memelihara diri
dari dosa.
Bandingkanlah saudaraku.
Rubrik Ruhani Majalah Tarbawi.
Posting Komentar untuk "Mengendalikan Lintasan Pikiran"